Rahim Pengganti

Bab 197 "Pesta Pernikahan"



Bab 197 "Pesta Pernikahan"

0Bab 197 "Pesta pernikahan"     
0

Pagi ini Dhira berharap akan menjadi pagi yang begitu indah, tidak ada hal yang buruk seperti sebelum nya. Namun, Dhira hanya bisa berharap pada kenyataan semu. Laki laki yang ingin diri nya hindari saat ini, sudah berada di dalam rumah nya. Rasa nya, Dhira sangat kesal. Tanpa melihat ke arah nya, Dhira segera duduk di kursi meja makan.     

"Loh kenapa kamu sendirian. Itu Andra dari tadi nungguin kamu loh," ucap Gina. Dhira menatap sejenak ke arah sang, buna lalu kembali fokus dengan sarapan nya. Gadis itu, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi, yang diri nya akan lakukan hanya diam dan diam saja.     

"Andra sini, sarapan saja dulu. Dhira nya juga baru sarapan," ajak Gina. Andra tersenyum, lalu melangkahkan kaki nya ke arah meja makan.     

Saat ini di meja makan hanya ada Arka, Dhira, dan Gina saja. Daffa sedang ada urusan kemiliteran yang tidak bisa di tunda. Sebagai seorang ibu Gina, segera melayani Andra untuk makan. Mengambilkan makanan untuk calon menantu nya.     

"Ayo di makan, nanti biar semangat kerja hari ini," ucap Gina.     

"Terima kasih Tante."     

Semua nya makan dalam diam, sesekali Andra menoleh ke arah Dhira yang masih fokus dengan makan nya. Gadis itu, benar benar terlihat cuek dengan keadaan yang ada. Dhira tidak peduli dengan keadaan sekitar seperti apa, setelah selesai sarapan Dhira segera pamit.     

"Bun, aku berangkat duluan," ucap Dhira. Andra yang akan memasukan makanan nya segera menyudahi.     

"Saya duluan Tante," ucap Andra.     

Gina hanya menganggukkan kepala nya sebagai balasan dari ucapan Andra.     

Di depan Dhira sedang menunggu taksi, yang baru akan diri nya pesan namun, digagalkan oleh Andra hal itu membuat Dhira menatap dengan penuh kekesalan kepada Andra.     

"Apaan sih," sentak Dhira. Namun, Andra bersikap biasa saja, pria itu tetap mempertahankan sikap nya.     

"Pergi sama saya," ucap Andra.     

"Nggak mau, buat apaan. Aku bisa pergi seorang diri," jawab Dhira.     

Tapi gadis itu lupa jika saat ini, diri nya sedang berurusan dengan seorang Andra Nataka. Seseorang yang sangat hobi memaksa dan memaksa.     

***     

Dhira memasang wajah kesal nya, saat ini tidak ada hal yang di lakukan oleh diri nya selain diam dan menahan rasa kesal di dalam dada nya. Bagaimana tidak, sikap memaksa yang dilakukan oleh Andra benar benar membuat mood Dhira hancur.     

Wanita itu sejak tadi berusaha menarik napasnya panjang, untuk menutupi emosi yang sudah berada di atas kepala nya.     

"Kamu itu kalau nggak di ancam nggak pernah mau nurut," ucap Andra. Mendengar hal itu, seketika langsung membuat Dhira menoleh ke arah belakang, diri nya sangat tidak suka dengan sikap Andra seperti ini, rasa nya Dhira ingin membuang Andra ke sungai Amazon supaya di makan oleh ikan piranha.     

"Bodo," ucap Dhira. Sungguh diri nya ingin segera sampai di kampus supaya terhindar dari orang seperti Andra.     

Tiga puluh lima menit, mobil yang dikendarai Andra sudah berada tak jauh dari kompleks kampus Dhira.     

"Stop di sini aja." Dhira meminta hal itu, supaya tidak membuat heboh kampus dengan ke datangan diri nya yang menggunakan mobil orang lain. Bisa bisa nanti semua orang akan bergosip dengan senang, ketika melihat diri nya. Tapi Andra tidak pernah peduli akan hal itu, pria itu tetap menjalankan mobil nya bahkan saat ini sengaja berhenti di tengah tengah.     

"Kamu emang sengaja hah?" bentak Dhira. Andra kaget mendengar suara bentakan dari Dhira, karena selama ini Dhira tidak pernah melakukan hal itu dan yang Andra tahu bahwa Dhira adalah orang yang begitu lembut.     

"Maksud kamu?" tanya Andra. Sejujurnya diri nya, tidak tahu apa yang di maksud oleh wanita di samping nya saat ini, Andra menatap ke arah Dhira.     

"Ini menghentikan mobil di tengah lapangan. Kamu emang sengaja pasti, supaya di lihat banyak orang. Sikap pamer kamu itu selalu saja tidak pernah hilang," balas Dhira dengan nada kencang.     

Andra semakin tidak mengerti, malas berlama lama dengan Andra di dalam mobil, Dhira segera turun dan benar saja semua mahasiswa yang melihat nya langsung bersorak. Sedangkan Dhira tetap memasang wajah datar nya, tak lama Andra juga turun dari dalam mobil semua mahasiswi di tempat itu berteriak kagum saat melihat wajah Andra.     

"Dia selalu saja jadi idola semua orang," gumam Andra.     

Dhira berjalan menuju ke dalam ruangan nya, hari ini masih pagi namun, sudah banyak hal yang terjadi dan hal tersebut benar benar membuat Dhira tidak nyaman.     

Wanita itu, mengunci pintu ruangan nya dan merebahkan diri nya di sofa. Dhira sangat lelah, sebelum diri nya mengajar Dhira harus mengisi tenaga dengan energi positif.     

Setelah di rasakan sudah cukup Dhira lalu segera beranjak dari tempat nya sedikit merapikan pakaian nya dan mulai melangkahkan kaki menuju kelas yang akan diri nya ajar. Kelas tersebut, ada di lantai 8 dan Dhira harus mencari lift sampai ke ujung gedung.     

Semalam menunggu lift tidak ada hal yang, diri nya lakukan hanya fokus dengan lift yang belum terbuka. Tak membutuhkan waktu lama, pintu lift akhir nya terbuka Dhira langsung masuk namun, naas seolah diri nya harus dipertemukan dengan Andra kembali. Pria itu tiba tiba masuk ke dalam lift, Dhira yang ingin keluar sudah tidak bisa lagi.     

Dengan perasaan kesal dan dongkol, Dhira berusaha untuk menahan kekesalan nya terhadap Andra yang benar benar sudah memuncak. Sungguh ingin rasa nya Dhira cepat keluar dari dalam lift ini, diri nya sangat malas berada di dalam satu tempat yang sama dengan Andra.     

Ting     

Pintu lift terbuka, tanpa basa basi Dhira langsung keluar dari dalam lift, pergi meninggalkan Andra yang ternyata ikut keluar. Seperti biasa, setiap Dhira akan masuk ke dalam kelas, seluruh mahasiswa nya akan diam seperti saat ini, Dhira langsung memulai materi yang akan diri nya ajarkan hari ini. "Kita mulai saja, ingat aturan kita ya, harus fokus kalian boleh main handphone setelah saya selesai menjelaskan semua nya, jika kalian masih bermain handphone ketika saya masih menjelaskan, kalian sudah tahu apa akibat nya," ucap Dhira.     

Aturan itu membuat semua orang yang ada di dalam kelas langsung mengikuti, setelah semua kelas aman dan kondusif, Dhira langsung menjelaskan semua materi ajar nya. Tidak ada yang bergerak sedikit pun, mereka menyimak semua hal yang diajarkan oleh Dhira. Setelah Dhira selesai menjelaskan, seperti biasa wanita itu akan membuka sesi pertanyaan, dan mereka semua dengan begitu semangat bertanya banyak hal mengenai materi yang sudah di sampaikan oleh Dhira.     

Di lain tempat saat ini Gina dan Suci ibu dari Andra sedang pergi bersama, kedua nya sedang memilih undangan untuk pertunangan anak anak mereka, sebelum ada nya pernikahan, Daffa meminta untuk dilakukan pertunangan lebih dulu, dan hal itu di setujui oleh kedua keluarga.     

"Mbak Gina, ini cocok nnggak dengan Dhira? Aku takut loh nggak cocok," ucap Suci.     

Gina tersenyum ke arah calon besan nya tersebut, "Cocok mbak, Dhira itu menyukai semua nya, cuman terkadang dia menutup diri," jelas Gina. Mereka lalu kembali, mencari keperluan untuk acara dimulai dari cincin dan lain nya, model dan lain nya akan menjadi urusan Dhira dan Andra, kedua nya hanya memilihkan beberapa pasang saja.     

Dari satu toko pergi ke toko lain, dan hal itu benar benar membuat kedua nya tidak ada rasa lelah sedikitpun. Mereka begitu menikmati kegiatan yang mereka berdua lakukan. Asisten Suci yang mengikuti kedua wanita itu pergi saja sudah mulai lelah, apa lagi mereka yang sejak tadi tidak ada lelah nya, terus saja masuk ke satu toko dan toko lain.     

"Ini bagus buat Andra, dia suka nggak, ya." Buna Gina menunjukkan sebuah jas yang tampilan nya, sangat cocok untuk calon menantu nya itu, dan Mama Suci langsung setuju mengenai hal itu, kedua nya juga membelikan beberapa barang untuk acara.     

Dhira baru saja selesai dengan urusan mengajar nya, gadis itu langsung menuju ke dalam ruangan nya. Namun, dia urungkan ketika melihat Kakek Bian, berada di lingkungan kampus. Pria yang sudah berumur, tapi masih terlihat berkarisma itu, benar benar seperti sugar daddy, Dhira lalu berjalan ke arah beliau, Dhira tidak memperhatikan dengan siapa sang kakek berbicara. Hingga ketika sudah dekat, Dhira baru sadar siapa yang menjadi lawan bicara sang kakek.     

"Loh Dhira, udah selesai mengajar nak?" tanya Kakek Bian.     

"Udah kakek, datang kenapa nggak bilang sama Dhira? Kan bisa Dhira temani," ucap Dhira.     

"Gak apa apa sayang, kakek udah di temani sama cucu mantu," balas Kakek Bian. Pandangan mata Dhira menatap ke arah Andra yang sudah tersenyum. Ada hal yang sedikit aneh, kenapa Andra bisa berkeliaran di area kampus, padahal jika orang yang tidak dikena, maka tidak diperbolehkan masuk, namun, Dhira tidak peduli akan hal itu, gadis itu lalu mengajak sang kakek untuk ke dalam ruangan nya.     

Mereka lalu segera berjalan ke sana, sepanjang jalan, Andra memperhatikan Dhira yang begitu cerewet jika berada di dekat kakek Bian, berbeda dengan keadaan jika berada diri nya di samping Dhira. Dan hal itu semakin membuat Andra semakin semangat mengambil hati Dhira.     

Sesampainya di ruangan Dira tidak banyak hal yang dilakukan oleh gadis itu diri nya meminta sang kakek untuk duduk sembari Dira membuatkan secangkir kopi untuk kakek Bian. Apapun yang dilakukan oleh Dira semua nya tidak pernah lepas dari pandangan antara pria itu terus saja memandang semua gerak gerik yang dilakukan oleh calon istri nya tersebut.     

"Apa kita majukan saja acara pernikahan kalian?" Andra lalu menoleh kearah sang kakek yang sudah tersenyum begitu lebar. Pria itu kaget dengan ucapan yang dilontarkan oleh kakek Bian mengenai pernikahan kedua nya.     

Dira lalu datang mendekat ke arah mereka dan membawa dua cangkir kopi untuk Andra dan juga kakek Bian gadis itu tidak akan mungkin hanya membuatkan untuk sang kakek saja diri nya tidak mau mendengar banyak ceramah di siang hari yang begitu melelahkan ini sehingga membuat Dira juga langsung membuatkan kopi untuk Andra. Saat ini antara hanya menjadi pendengar setia saja diantara kedua orang tersebut yang masih asyik bercerita senyum yang begitu mengembang di wajah Dira membuat hati Andra menghangat.     

Setelah cukup lama berada di dalam ruangan Dira kakek Bian lalu menyampaikan niatnya untuk memberitahukan kepada Dira mengenai acara pertunangan yang akan terjadi nanti malam, sontak saja hal itu membuat Dira menatap begitu tajam ke arah sang kakek.     

"Kakek kalau mau nge prank nggak usah seperti ini," ucap Dhira. Wanita itu masih begitu shock dengan apa yang diri nya dengar, kesal dan marah untuk hal semalam saja masih ada di dalam hati nya.     

"Siapa yang nge prank, ini serius loh. Udah sekarang kamu, siap siap biar pergi sama Andra untuk cari cincin lebih dulu," ucap Kakek Bian.     

***     

Rasa nya dirasa saat ini ingin menangis sekuat tenaga sungguh dirinya seolah tidak bisa lagi berucap ataupun mengatakan sesuatu semua seperti sudah diatur dengan begitu rapi malam ini akan menjadi malam yang begitu dibenci oleh Dira bagaimana tidak tanpa bertanya mengenai pendapat dari diri nya semua sudah siap dengan rencana mereka.     

Kesal marah curiga semua jadi satu di dalam kepala Dira saat ini gadis itu benar benar tidak suka dengan keadaan sekarang rasa nya Dira ingin pergi jauh dari tempat ini sekarang juga meninggalkan semua hal yang membuat nya terluka.     

Terdengar suara pintu terbuka Dira yang sedang berada di dalam kamar segera menyekat air mata yang sudah mengalir begitu deras.     

"Ayo sayang, keluarga Andra sudah datang," ucap Buna Gina.     

Dengan perasaan kesal dan campur aduk Dira mengikuti langkah kaki sang Bunda keduanya lalu keluar dari dalam kamar menuju ruang tamu di mana tempat mereka semua berkumpul. Senyum di wajah mereka begitu menggambarkan bahwa saat ini tidak ada kesedihan di wajah mereka semua berbeda dengan keadaan yang dirasakan oleh Dira saat ini, gadis itu benar benar tidak tahu harus seperti apa.     

Acara demi acara mulai dilangsungkan hingga akhirnya Dira dan juga Andra berdiri di tengah semua orang lalu Eyang Sri memberikan kotak yang berisikan cincin yang sudah mereka beli tadi sore.     

Andra mulai menyematkan cincin tersebut di jari milik Dira dengan begitu pelan dan penuh penghayatan sedangkan Dira terlihat Acung dengan hal tersebut. Pandangan mata Andra tanpa sengaja menatap ke arah sudut mata Dira yang mengeluarkan air mata. Melihat hal tersebut seketika membuat seolah jantung Andra diremas dengan begitu kuat.     

Pria itu merasa tidak suka dengan apa yang terjadi pada Dira yang menangis seolah dirinya adalah hama.     

Setelah selesai semuanya sibuk dengan urusan mereka masing masing berbeda dengan Dira yang hanya diam di tempat duduk nya gadis itu tidak tahu harus membalas Seperti apa setiap doa dan ucapan yang dilontarkan oleh beberapa orang yang datang.     

"Kenapa di sini?" tanya Andra.     

Dira hanya diam dan tidak ada niat untuk membalas pertanyaan yang dilontarkan oleh Andra. Melihat calon istrinya yang hanya diam saja membuat Anda begitu kesal, pria itu lalu menarik tangan Dira sehingga membuat Dira sedikit kesakitan dengan sikap Andra.     

"Lepas!!" Pintah Dira. Saat ini kedua nya sedang berada di halaman belakang rumah, di mana hanya ada lampu lampu yang bersinar begitu indah. Andra lalu memaksa Dira untuk duduk di tempat tersebut.     

"Kamu kenapa?" tanya Andra dengan nada sedikit tinggi. Mendengar Andra menaikkan suaranya membuat Dira menatap ke arah pria tersebut dengan tatapan penuh kecewa dan juga amarah. "Kamu masih tanya aku kenapa? Apa semua orang di rumah ini tahu tentang apa yang aku rasa kan? Apa mereka semua memikirkan semua hal yang aku rasa kan? Tidak semua orang tidak ada yang tahu, semua nya hanya menjadi penonton saja. Semua nya tidak pernah bertanya, apakah aku baik baik saja atau tidak."     

Dira meluapkan semua yang ada di dalam dada nya sedangkan Andra terdiam ketika mendengar semua keluh kesah yang akhirnya dilontarkan oleh Dira apalagi pria itu melihat bagaimana air mata mengalir dari sudut mata Dira sungguh hal seperti ini benar benar membuat Dira tidak suka akan diri nya yang terlihat lemah.     

"Kalian semua hanya mementingkan keinginan kalian, tanpa tahu aku terluka dengan paksaan yang terjadi, apa kamu memikirkan perasaan aku? Tidak kamu seolah peduli, padahal tidak sama sekali. Dan semua drama ini, hanya untuk kesenangan kalian semua," teriak Dhira.     

Gadis itu menangis sekencang kencang nya, hingga Dhira jatuh pingsan. Segera Andra membawa Dhira ke dalam kamar nya, hal itu sempat menjaga heboh namun, Andra bisa membuat semua nya mengerti akan Dhira yang kelelahan dengan banyak hal yang terjadi hari ini. Di dalam kamar Andra memperhatikan setiap sudut ruangan, kamar yang begitu berbeda dengan sikap Dhira.     

Andra lalu mendekati tempat tidur Dhira, menarik selimut dan menghapus jejak air mata di sudut mata Dhira.     

"Aku akan selalu ada buat kamu bahagia." Setelah mengatakan hal itu Andra lalu pergi dari dalam kamar Dhira.     

***     

Rasa nya untuk menangis, sudah tidak bisa lagi. Bagaimana tidak, semua nya begitu cepat terjadi. Hari ini dengan memasang senyum palsu, Dhira harus berlagak begitu bahagia. Padahal tidak sama sekali, wanita itu menahan rasa sesak di dalam dada nya.     

"Kak Dhira kamu, cantik sekali," ucap Samantha. Dhira hanya menatap ke arah sang adik dengan senyum yang mengembang, semua orang akan tahu jika Dhira begitu bahagia. Mereka tidak tahu, bagaimana perasaan Dhira saat ini yang begitu hancur.     

"Terima kasih dek," jawab Dhira. Hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh Dhira, tidak ada hal lain, karena Dhira juga lelah bersikap bahagia walaupun hati menjerit.     

Mira dan Ayu yang sudah datang, histeris melihat kecantikan Dhira yang begitu pangling. Bahkan kedua nya sudah sibuk berfoto bersama dengan Dhira yang sedang menahan rasa sesak di dalam dada nya.     

"Aku kira Dhira bakalan lama nikah nya, eh gak tahu nya udah mau nikah. Mana suami nya T O P B G T, aku juga mau," ucap Mira.     

"Ingat orok di dalam perut Ra. Kamu nggak lihat, itu perut udah gede banget. Gimana pun juga, orang udah tahu kamu nikah," ucap Ayu.     

Mira tersenyum, wanita hamil itu selalu saja ingin melupakan status nya sebagai seorang istri seseorang, yang sudah menikah juga Ayu, yang saat ini sedang menikmati masa pacaran dengan suami nya yang baru menikah beberapa bulan lalu. Hanya tinggal Diandra yang belum, gadis itu masih sibuk mengejar karir di luar negeri.     

Bahkan datang ke pernikahan Dhira saja, Diandra tidak bisa. Namun, meskipun seperti itu, kado dari wanita itu sudah mendarat sejak kemarin.     

Ketiga nya begitu heboh berada di dalam kamar bahkan di depan kedua para sahabat nya Dira berhasil menutupi rasa sesak didalam dadanya gadis itu begitu pintar untuk menutupi semua rasa luka yang saat ini benar benar membuat Dira tidak tahu harus bersikap seperti apa.     

Arka lalu masuk kedalam kamar tersebut untuk memanggil sang kakak, dibantu oleh Mira dan juga Ayu kedua nya membawa Dira menuju ke ruangan akad nikah. Acara akad terjadi di rumah kediaman kedua orang tua Dira, sedangkan resepsi pernikahan akan terjadi di sebuah hotel mewah yang sudah dipesan oleh kedua orang tua Andra.     

Dengan satu tarikan nafas antara bisa menyebutkan nama Dira dengan begitu lantang dan hal itu membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut bersorak mengatakan 'SAH' kedua orang tersebut akhir nya sudah resmi sebagai pasangan suami istri baik dimata negara maupun agama.     

***     

Malam harinya sesuai dengan agenda yang sudah disusun hari ini mereka akan melaksanakan resepsi pernikahan di sebuah gedung yang begitu indah dan juga mewah.     

Dengan penampilan yang begitu cantik Dira yang menggunakan dress berwarna biru dengan tampilan bagian atas terbuka membuat dirinya begitu terlihat sangat cantik.     

Bahkan perias pengantin yang sengaja di sewa oleh ibu Suci dan didatangkan jauh-jauh dari Kalimantan untuk bisa merias sang menantu berdecak dengan begitu kagum ketika melihat bagaimana hasil dari riasannya.     

"Pengantinnya cantik banget ya ampun saya jadi suka sama riasan wajahnya," ucap orang tersebut. Dira hanya merespon dengan senyuman yang begitu mengembang.     

Setelah itu, Andra datang menjemput istri nya untuk segera menuju ke ruangan acara. Tidak ada senyuman yang terlihat hanya wajah datarnya saja, saat ini Dhira tidak suka berada dan bersentuhan dengan Andra. Namun, mau bagaimana lagi semua nya tidak akan mungkin ditolak.     

Saat masuk ke dalam ruangan, semua orang bersorak dengan begitu kagum, bukan hanya teman teman mereka tapi juga beberapa tamu undangan lain. Pesta pernikahan ini, begitu mewah dan besar. Bagaimana tidak cucu pertama dari NRA Corp menikah, dan hal itu merupakan berita penting.     

"Selamat ya sayang, Tante sampai pangling," ucap Indah.     

"Selamat ya kak. Jadi istri yang baik," ucap Dewa.     

Kedua om dan tante nya itu, mengucapkan banyak hal untuk Dhira dan juga Andra, hanya senyuman tipis yang diberikan oleh Dhira. Sedangkan Andra begitu semangat dengan semua ucapan selamat dan doa doa dari semua orang di sana.     

Satu demi satu para tamu, memberikan ucapan selamat kepada Dhira dan juga Andra, bahkan semua nya hampir tidak di kenal oleh Dhira. Semua yang datang benar benar adalah kolega dan rekan dari keluarga nya, Dhira sudah lelah rasa nya saat ini diri nya ingin tidur saja. Namun, hal itu tidak mungkin karena masih banyak orang di sana.     

"Kalau capek, aku bisa bilang sama keluarga kita," bisik Andra.     

Namun, Dhira tidak peduli dengan hal itu. Dhira tetap dengan senyum memaksa menyambut para tamu yang tidak pernah berhenti datang ke acara mereka.     

Andra hanya bisa menarik napasnya panjang saja, pria itu tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi kepada istrinya tersebut.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.